Anak-anak Indonesia saat ini sedang latah dalam mengikuti trend sosial. Ya, ini tidak bisa dihindari karena memang merupakan metamorfosa kehidupan. Begitu cepatnya perkembangan teknologi, laju informasi yang tak terbendung, kebebasan yang kebablasan, dan belum siapnya fondasi mental pendidikan kita membuat "latah" menjadi sesuatu yang terlihat lumrah.
Keberadaan gadget dan internet yang begitu canggih, membuat generasi saat ini menitipkan otak mereka ke gadget dan google. Males mikir, males mengingat dikit-dikit pake gadget. Ngitung 6 x 7 aja pake kalkulator. Nyari ibukota Amerika saja harus ketik di Google. Parah...
Karena otak mereka sudah dititipin di gadget dan google, mereka jadi tidak terbiasa berpikir. Pokoknya yang ditemukan di Google itu yang benar. Makanya begitu mereka menemukan informasi yang bersumbu pada satu sudut pandang seorang blogger yang Otaku akut, mereka juga tertular jadi Otaku akut lantaran mereka tidak mencoba mencari sumber info yang lain.
Di Jepang sendiri, keberadaan Otaku sebenarnya sudah membuat "bencana". Naiknya jumlah otaku membuat produktifitas hidup menurun, keakraban sosial berkurang, dan jumlah pertumbuhan penduduk Jepang mengkhawatirkan.
Tapi di Indonesia, karena akses info yang sepihak saja, membuat "gelar" Otaku seperti sesuatu yang membanggakan. Padahal di negara asalnya sebutan Otaku justru terpinggirkan. Janganlah bangga menyebut diri kalian seorang Otaku. Cukup jadi Fans Anime, atau Fans Manga, atau Fans Video Game. Gitu aja!!! Berikut adalah 7 Alasan Kuat Untuk Tidak Menjadi Otaku:
Gue nggak mau duit hasil kerja keras gue cuma abis buat beli barang-barang beginian. Mending buat nraktir makan keluarga. |
Gue nggak mau jilatin gambar di layar monitor. Ada sesuatu yang lebih penting yang butuh gue jilat. |
Gue nggak mau bercinta dengan guling. Ada wanita cantik di luar sana yang butuh gue nikahin. |
Gue nggak pingin sujud menyembah gambar. Gue punya Tuhan yang lebih pantas untuk gue bersujud |
Gue nggak mau seharian ngurung diri di kamar liat anime atau maen game Gue butuh ngumpul ma teman, gokil-gokilan, jalan-jalan, ngecengin cewek. |
Gue nggak mau ribut sama temen cuma gara-gara menyebut Pantsu itu sama dengan celana dalam. |
Anak-anak Indonesia saat ini sedang latah dalam mengikuti trend sosial. Ya, ini tidak bisa dihindari karena memang merupakan metamorfosa kehidupan. Begitu cepatnya perkembangan teknologi, laju informasi yang tak terbendung, kebebasan yang kebablasan, dan belum siapnya fondasi mental pendidikan kita membuat "latah" menjadi sesuatu yang terlihat lumrah.
Keberadaan gadget dan internet yang begitu canggih, membuat generasi saat ini menitipkan otak mereka ke gadget dan google. Males mikir, males mengingat dikit-dikit pake gadget. Ngitung 6 x 7 aja pake kalkulator. Nyari ibukota Amerika saja harus ketik di Google. Parah...
Karena otak mereka sudah dititipin di gadget dan google, mereka jadi tidak terbiasa berpikir. Pokoknya yang ditemukan di Google itu yang benar. Makanya begitu mereka menemukan informasi yang bersumbu pada satu sudut pandang seorang blogger yang Otaku akut, mereka juga tertular jadi Otaku akut lantaran mereka tidak mencoba mencari sumber info yang lain.
Di Jepang sendiri, keberadaan Otaku sebenarnya sudah membuat "bencana". Naiknya jumlah otaku membuat produktifitas hidup menurun, keakraban sosial berkurang, dan jumlah pertumbuhan penduduk Jepang mengkhawatirkan.
Tapi di Indonesia, karena akses info yang sepihak saja, membuat "gelar" Otaku seperti sesuatu yang membanggakan. Padahal di negara asalnya sebutan Otaku justru terpinggirkan. Janganlah bangga menyebut diri kalian seorang Otaku. Cukup jadi Fans Anime, atau Fans Manga, atau Fans Video Game. Gitu aja!!! Berikut adalah 7 Alasan Kuat Untuk Tidak Menjadi Otaku:
Gue nggak mau duit hasil kerja keras gue cuma abis buat beli barang-barang beginian. Mending buat nraktir makan keluarga. |
Gue nggak mau jilatin gambar di layar monitor. Ada sesuatu yang lebih penting yang butuh gue jilat. |
Gue nggak mau bercinta dengan guling. Ada wanita cantik di luar sana yang butuh gue nikahin. |
Gue nggak pingin sujud menyembah gambar. Gue punya Tuhan yang lebih pantas untuk gue bersujud |
Gue nggak mau seharian ngurung diri di kamar liat anime atau maen game Gue butuh ngumpul ma teman, gokil-gokilan, jalan-jalan, ngecengin cewek. |
Gue nggak mau ribut sama temen cuma gara-gara menyebut Pantsu itu sama dengan celana dalam. |
Anak-anak Indonesia saat ini sedang latah dalam mengikuti trend sosial. Ya, ini tidak bisa dihindari karena memang merupakan metamorfosa kehidupan. Begitu cepatnya perkembangan teknologi, laju informasi yang tak terbendung, kebebasan yang kebablasan, dan belum siapnya fondasi mental pendidikan kita membuat "latah" menjadi sesuatu yang terlihat lumrah.
Keberadaan gadget dan internet yang begitu canggih, membuat generasi saat ini menitipkan otak mereka ke gadget dan google. Males mikir, males mengingat dikit-dikit pake gadget. Ngitung 6 x 7 aja pake kalkulator. Nyari ibukota Amerika saja harus ketik di Google. Parah...
Karena otak mereka sudah dititipin di gadget dan google, mereka jadi tidak terbiasa berpikir. Pokoknya yang ditemukan di Google itu yang benar. Makanya begitu mereka menemukan informasi yang bersumbu pada satu sudut pandang seorang blogger yang Otaku akut, mereka juga tertular jadi Otaku akut lantaran mereka tidak mencoba mencari sumber info yang lain.
Di Jepang sendiri, keberadaan Otaku sebenarnya sudah membuat "bencana". Naiknya jumlah otaku membuat produktifitas hidup menurun, keakraban sosial berkurang, dan jumlah pertumbuhan penduduk Jepang mengkhawatirkan.
Tapi di Indonesia, karena akses info yang sepihak saja, membuat "gelar" Otaku seperti sesuatu yang membanggakan. Padahal di negara asalnya sebutan Otaku justru terpinggirkan. Janganlah bangga menyebut diri kalian seorang Otaku. Cukup jadi Fans Anime, atau Fans Manga, atau Fans Video Game. Gitu aja!!! Berikut adalah 7 Alasan Kuat Untuk Tidak Menjadi Otaku:
Gue nggak mau duit hasil kerja keras gue cuma abis buat beli barang-barang beginian. Mending buat nraktir makan keluarga. |
Gue nggak mau jilatin gambar di layar monitor. Ada sesuatu yang lebih penting yang butuh gue jilat. |
Gue nggak mau bercinta dengan guling. Ada wanita cantik di luar sana yang butuh gue nikahin. |
Gue nggak pingin sujud menyembah gambar. Gue punya Tuhan yang lebih pantas untuk gue bersujud |
Gue nggak mau seharian ngurung diri di kamar liat anime atau maen game Gue butuh ngumpul ma teman, gokil-gokilan, jalan-jalan, ngecengin cewek. |
Gue nggak mau ribut sama temen cuma gara-gara menyebut Pantsu itu sama dengan celana dalam. |
Anak-anak Indonesia saat ini sedang latah dalam mengikuti trend sosial. Ya, ini tidak bisa dihindari karena memang merupakan metamorfosa kehidupan. Begitu cepatnya perkembangan teknologi, laju informasi yang tak terbendung, kebebasan yang kebablasan, dan belum siapnya fondasi mental pendidikan kita membuat "latah" menjadi sesuatu yang terlihat lumrah.
Keberadaan gadget dan internet yang begitu canggih, membuat generasi saat ini menitipkan otak mereka ke gadget dan google. Males mikir, males mengingat dikit-dikit pake gadget. Ngitung 6 x 7 aja pake kalkulator. Nyari ibukota Amerika saja harus ketik di Google. Parah...
Karena otak mereka sudah dititipin di gadget dan google, mereka jadi tidak terbiasa berpikir. Pokoknya yang ditemukan di Google itu yang benar. Makanya begitu mereka menemukan informasi yang bersumbu pada satu sudut pandang seorang blogger yang Otaku akut, mereka juga tertular jadi Otaku akut lantaran mereka tidak mencoba mencari sumber info yang lain.
Di Jepang sendiri, keberadaan Otaku sebenarnya sudah membuat "bencana". Naiknya jumlah otaku membuat produktifitas hidup menurun, keakraban sosial berkurang, dan jumlah pertumbuhan penduduk Jepang mengkhawatirkan.
Tapi di Indonesia, karena akses info yang sepihak saja, membuat "gelar" Otaku seperti sesuatu yang membanggakan. Padahal di negara asalnya sebutan Otaku justru terpinggirkan. Janganlah bangga menyebut diri kalian seorang Otaku. Cukup jadi Fans Anime, atau Fans Manga, atau Fans Video Game. Gitu aja!!! Berikut adalah 7 Alasan Kuat Untuk Tidak Menjadi Otaku:
Gue nggak mau duit hasil kerja keras gue cuma abis buat beli barang-barang beginian. Mending buat nraktir makan keluarga. |
Gue nggak mau jilatin gambar di layar monitor. Ada sesuatu yang lebih penting yang butuh gue jilat. |
Gue nggak mau bercinta dengan guling. Ada wanita cantik di luar sana yang butuh gue nikahin. |
Gue nggak pingin sujud menyembah gambar. Gue punya Tuhan yang lebih pantas untuk gue bersujud |
Gue nggak mau seharian ngurung diri di kamar liat anime atau maen game Gue butuh ngumpul ma teman, gokil-gokilan, jalan-jalan, ngecengin cewek. |
Gue nggak mau ribut sama temen cuma gara-gara menyebut Pantsu itu sama dengan celana dalam. |
Anak-anak Indonesia saat ini sedang latah dalam mengikuti trend sosial. Ya, ini tidak bisa dihindari karena memang merupakan metamorfosa kehidupan. Begitu cepatnya perkembangan teknologi, laju informasi yang tak terbendung, kebebasan yang kebablasan, dan belum siapnya fondasi mental pendidikan kita membuat "latah" menjadi sesuatu yang terlihat lumrah.
Keberadaan gadget dan internet yang begitu canggih, membuat generasi saat ini menitipkan otak mereka ke gadget dan google. Males mikir, males mengingat dikit-dikit pake gadget. Ngitung 6 x 7 aja pake kalkulator. Nyari ibukota Amerika saja harus ketik di Google. Parah...
Karena otak mereka sudah dititipin di gadget dan google, mereka jadi tidak terbiasa berpikir. Pokoknya yang ditemukan di Google itu yang benar. Makanya begitu mereka menemukan informasi yang bersumbu pada satu sudut pandang seorang blogger yang Otaku akut, mereka juga tertular jadi Otaku akut lantaran mereka tidak mencoba mencari sumber info yang lain.
Di Jepang sendiri, keberadaan Otaku sebenarnya sudah membuat "bencana". Naiknya jumlah otaku membuat produktifitas hidup menurun, keakraban sosial berkurang, dan jumlah pertumbuhan penduduk Jepang mengkhawatirkan.
Tapi di Indonesia, karena akses info yang sepihak saja, membuat "gelar" Otaku seperti sesuatu yang membanggakan. Padahal di negara asalnya sebutan Otaku justru terpinggirkan. Janganlah bangga menyebut diri kalian seorang Otaku. Cukup jadi Fans Anime, atau Fans Manga, atau Fans Video Game. Gitu aja!!! Berikut adalah 7 Alasan Kuat Untuk Tidak Menjadi Otaku:
Gue nggak mau duit hasil kerja keras gue cuma abis buat beli barang-barang beginian. Mending buat nraktir makan keluarga. |
Gue nggak mau jilatin gambar di layar monitor. Ada sesuatu yang lebih penting yang butuh gue jilat. |
Gue nggak mau bercinta dengan guling. Ada wanita cantik di luar sana yang butuh gue nikahin. |
Gue nggak pingin sujud menyembah gambar. Gue punya Tuhan yang lebih pantas untuk gue bersujud |
Gue nggak mau seharian ngurung diri di kamar liat anime atau maen game Gue butuh ngumpul ma teman, gokil-gokilan, jalan-jalan, ngecengin cewek. |
Gue nggak mau ribut sama temen cuma gara-gara menyebut Pantsu itu sama dengan celana dalam. |